Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un)
meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah
Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor.
Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam),
Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan
orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke
orang luar, jangankan melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah
Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi
yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga dia berjanji hanya akan memakai dan
memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru
Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain
halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras, ayam, gula merah atau
tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru
tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari
daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang,
dan sebagainya). Mereka juga mempercayai beberapa aliran
tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari
Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang
mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih
tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di Amerika oleh
orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.