Herman HN memberikan keterangan bahwa Sumarna hanya salah satu anggota Kesti TTKKHD yang diberikan amanah oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Kesti TTKKDH sebagai pembina Kesti TTKKDH Bandar Lampung sesuai nomor surat 043/A/Kesti TTKKDH/X/2021.
dari sini kemudian kita paham bahwa antara Herman HN dan Sumarna keduanya tidak memahami bahwa antara DPW Yayasan Kesti TTKKDH jelas beda dengan DPW Kesti TTKKDH, Yayasan dan Kesti itu dua organisasi yang berbeda. DPW Kesti TTKKDH jelas menginduk ke DPP Kesti TTKKDH Banten Wahyu Nurjamil sebagai ketum DPP-nya. Sementara Yayasan Kesti TTKKDH tidak menginduk kesana. Yayasan Kesti TTKKDH adalah organisasi yang berdiri sendiri.
Bukti dari persoalan di atas adalah ketika pelantikan Sumarna yang melantik adalah Wahyu Nurjamil sebagai DPP Kesti TTKKDH. Jika demikian maka menjadi sah sah saja dan pembentukan DPW Kesti TTKKDH jelas tidak menyalahi aturan dan menjadi legal. Ini jika kita menggunakan perspektif Kesti TTKKDH versi Wahyu Nurjamil. Wahyu Nurjamil berhak untuk membentuk DPW Kesti TTKKDH dilampung ini. Kecuali jika Sumarna mengaku dari Yayasan Kesti TTKKDH baru ini menyalahi aturan.
Sementara itu, perlu diketahui oleh Khalayah umum terutama seluruh anggota Yayasan Kesti TTKKDH dimanapun berada, Herman HN sebagai Ketua Yayasan Kesti TTKKDH di Provinsi Lampung telah berakhir di bulan juli 2022 kemarin. Sekarang beliau tidak ada wewenang di DPW Yayasan Kesti TTKKDH.