Menurut riwayat dari sesepuh Tjimande bahwa kelahiran Persilatan Tjimande bertepatan pula dengan bulan kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, yang mungkin berbeda tanggal dan harinya. Maka untuk memperingati (Hari Ulang tahun Tjimande) yang sudah menjadi tradisi bahwa setiap bulan mulud dimulai pada malam jum’at yang pertama sampai dengan pertengahan Bakda Maulud segenap warga Yayasan Kesti Tjimande ( TTKKDH ) dimanapun berada selalu melaksanakan acara tradisional yang juga dianggap sacral ialah acara :KECERAN” dan sekaligus memperingati Kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, mudah-mudahan dengan peringatan yang bersamaan ini kita akan mendapat hikmah untuk selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta meingkuti suri tauladan serta prilaku Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW tersebut.
Pada acara keceran kelepangkapan seperti halnya melaksanakan acara rujakan dan urutan pada malam jum’at (tidak boleh dilaksanakan pada hari lain) hanya ditambah dengan acara inti melaksanakan acara keceran dengan “Meneteskan tiga kali air kecer pada kedua belah mata kita” hal ini mengandung maksud bahwa yang harus selalu dijaga dalam mempelajari /menguasai ilmu persilatan adalah ketajaman mata. Dan secara lahiriyah kita juga harus selalu waspada dalam melihat hal-hal sesuatu yang kurang baik dan berguna demi kepentingan bersama. Untuk selanjutnya air kecer tersebut di teteskan pada mulut kita, hal ini mengandung maksud bahwa kita selalu di tuntut untuk selalu berbicara dengan mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan. Sebab timbulnya pertengkaran maupun percekcokkan adalah dari perkataan yang kurang baik tadi. Pada waktu melaksanakan acara keceran bagi yang sedang dikecer harus duduk yang sopan dan menghadap kiblat.
Mudah-mudahan setelah kita melaksanakan keceran yang kita laksanakan “Satu Tahun Satu kali ini” semoga kita selalu ingat dan mawas diri bahwa kita sebagai manusia biasa tidak luput dari kekurangan, kekhilapan serta kekeliruan yang harus kita perbaiki untuk menghadapi masa mendatang, disarankan dari segenap warga Tjimande untuk selalu “Saling Asah Saling Asih Saling Asuh” sehingga kita selalu terjalin rasa kekeluargaan, persatuan dan kesatuan. Tidak boleh sombong, Ria, Ujub, dan Takabbur, harus selalu petuh kepada Pimpinan, Guru Silat/Pelatih serta kedua orang tua.
Sumber : Catatan Bapak Mulyono (Sekretaris Yayasan Kesti TTKKDH)