Langsung ke konten utama

Pertemuan Abah Madharis dan Abah Sarkani Leos

Setelah Abah sarkani leos pindah dari lampung utara ke tanjung karang  konon menurut cerita sebelum beliau masuk menjadi anggota (TTKKDH) sudah lebih dulu menguasai beberapa persilatan yang lain dan diantaranya: Silat Trumbu,  Silat Serak, Silat Pecut, Silat Pagar Ruyung, serta bela diri lainnya.

Setelah beliau bertemu dengan Abah Madharis ketua Sejarah Persilatan Tjimande, beliau menyatakan bersedia untuk masuk silat tjimande, apabila telah mencoba keunggulan dari Silat Tjimande yang dipimpin oleh Abah Madharis atas saran dari Abah Madharis apabila ingin mencoba keunggulan silat Tjimande, jangan dulu dengan saya, tetapi cukup dengan salah seorang murid Perguruan Saya ditunjuklah Abah Johan oleh Abah Madharis, yang berasal dari Way Halom Kecamatan Talang Padang, adapun tempat uji coba kedua pendekar silat tersebut, dipilihlah suatu tempat di Daerah Waspada (Tekad) tepatnya di daerah Pondok Mutung Keluarahan Way Harong Kecamatan Pulau Panggung Kab. Lampung Selatan yang sekarang menjadi Kabupaten Tanggamus. Setelah mereka melaksanakan Uji Coba tersebut (bertarung), ternyata Abah Sarkani Leos mengakui keunggulan dari Persilatan Tjimande yang diajarkan Abah Madharis sehingga pada saat itu Abah Sarkani Leos langsung berikrar untuk menjadi warga Tjimande, dan untuk mengenang peristiwa tersebut Abah Madharis memberi tanda tempat sejarah tersebut dengan menanam sebatang pohon “Asam Jawa” yang apabila berbuah nanti dapat untuk persyaratan melaksanakan acara “Rujakan” untuk warga Tjimande sampai dengan anak cucu di kemudian hari nanti.


Sumber : Catatan Bapak Mulyono (Sekretaris Yayasan Kesti TTKKDH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah

Sejarah Tjimande Versi Pertama Ini adalah versi yang berkembang di daerah  Priangan  Timur (terutama meliputi daerah  Garut  dan  Tasikmalaya  dan juga  Cianjur  selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang  pedagang  (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara  Batavia ,  Bogor ,  Cianjur ,  Bandung ,  Sumedang  .......... Sejarah Tjimande Versi Kedua Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung  Badui .    Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di  Kerajaan Padjadjaran  dahulu kala........... Sejarah Tjimande Versi Ketiga Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan

Abah Madharis Ke Sukaagung (Bagian 2)

Pada tahun 1934, Abah Madharis pindah ke Wilayah lampung Selatan di Bedeng Kampung Sukaagung Kecamatan Kedondong dan sekarang menjadi Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus.  Pertama kali mengembangkan persilatan Tjimande beliau mengajar tujuh orang murid antar lain: Abah Khamdani,  berasal dari Sukaagung   Kabupaten Tanggamus Abah  Johan, b erasal dari Talang Padang Kabupaten Tanggamus Abah  Unel, b erasal dari Teluk Betung Bandar Lampung Abah  Jalal, b erasal dari Pringsewu Kabupaten Tanggamus Abah  Jamhari, b erasal dari Sukadana Lampung Timur Abah  Samanan, b erasal dari Suka Ratu Abah  Muni, b erasal dari Kepayang Kabupaten Tanggamus Setelah mengajar ke tujuh muridnya barulah menyusul beberapa murid lainnya dan beberapa murid dipercaya untuk mengajar silat, maka persilatan itu mulai dikembangkan di Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Madya Tanjung Karang Teluk Betung yang sekarang menjadi Kota (Bandar Lampung) sementara yang ditugaskan di Bandar Lampung untuk men

Sikap Politik Anggota Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH (Bagian 2

Sebagai organisasi yang taat kepada pemerintah, Pengurus Pusat Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH merasa perlu memberi petunjuk agar seluruh Anggotanya tetap menggunakan hak politik mereka secara benar dan bertangung jawab pada tahun politik 2024 nanti. Perlu dipahami bersama, sikap politik anggota Perguruan Pencak Silat Yayasan Kesti TTKKDH adalah bersifat personal-individual, tidak atas nama organisasi, dan tidak boleh memanfaatkan organisasi sebagai alat politik praktis, karena Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH telah kembali menjadi organisiasi sosial-kebudayaan, sosial-keagamaan yang akan konsisten mengurusi masalah kelestarian seni budaya Tjimande dan dakwah Islamiyah secara kultural. Pengurus Pusat   Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH mengimbau kepada seluruh Anggotanya agar tetap menggunakan hak politiknya secara benar dan bertanggung jawab dan di sesuaikan dengan cita-cita menegakkan akhlaqul karimah. Sikap di atas tidak lain