Langsung ke konten utama

RIWAYAT SEJARAH PERSILATAN TJIMANDE DI LAMPUNG (Bagian 1)

Berdasarkan riwayat dan certa dari para sesepuh dan tokoh-tokoh yang memperjuangkan silat Tjimnande bahwa asal mula perguruan persilatan Tjimande yang pertama kali dikembangkan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di daerah tanah sareal di bawah Pimpinan Abuyah Khaer (Almarhum).

Persilatan Tjimande tari Kolot berkembang sampai ke Daerah Kebon Djeruk yang secara kebetulan daerah tersebut dari tanah Sareal arahnya ke Hilir, maka perguruan tersebut di namakan Kebudayaan Seni tari dan silat tjimande tari kolot kebon djeruk hilir atau disingkat dengan nama TTKKDH.

Dari Abuyah Khaer persilatan tersebut diturunkan kepada Abuyah Khaliyah, Abuyah Khorsi, Abah Endut, Abah Main, Abah Buyah, Ibu Ateng, Nyi Masonah, Abah Madharis bin Salmin, Nyi Siti Salamah Binti Japiak dan dilanjutkan oleh guru-guru lainnya.

Selanjutnya pada tahun 1918 Persilatan Tjimande dikembangkan oleh Abah Buyah (nama aslinya Abah Asgari) dari bogor menyebrang ke Sumatra dan Abah Buyah menetap di Desa Simpang Sender (Simpang Gardu) termasuk daerah martapura, Sumatra bagian Selatan.

Mengingat perguruan Tjimande semakin lama semakin bertambah pesat dan maju, maka Abah Buyah pun menurunkan silat tersebut kepada murid-muridnya yang sudah dipercaya untuk ikut mengajar serta menyebar luaskan Persilatan Tjimande, salah satu muridnya adalah Abah Madharis Bin Salmin sedangkan dua murid lainnya Abah Jakim dan Abah Dosol ditugaskan untuk mengambang di Daerah Jawa Barat di Kampung Cibuah, Kecamatan Warung Gunung Kabupaten Lebak.

Abah Buyah meninggal dunia dan di makamkan di desa Simpang, Kecamatan Simpang, Kabupaten Martapura. Apabila warga Tjimande ingin berziarah ke makam Abah Buyah, dari arah kota Bandar Lampung lebih kurang menempuh jarak sekitar + 230 Km menuju martapura, sebelum Kota Martapura ada Jembatan Timbang Milik LLAJR, belok kea rah kiri menuju arah Muaradua, sampai di pasar Kecamatan Simpang, ada pertigaan jalan, belok lagi kearah kiri sampai diujung kampong Simpang ada kios bensin dan di belakang kios tersebut beliau di makamkan.

Pada tanggal 27 Juni 1927 Abah Madharis mulai mengembangkan persilatan Tjimande di Daerah Martapura, di mulai dari daerah Ranau Liwa dan Krui (Wilayah Lampung Barat) pindah ke Tulung Buyut dan Bukit Kemuning (Wilayah Lampung Utara) dan seterusnya ke Wilayah Lampung Tengah sambil bertugas pada Dinas Pekerjaan Umum (P.U.).

Sumber : Catatan Bapak Mulyono (Sekretaris Yayasan Kesti TTKKDH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah

Sejarah Tjimande Versi Pertama Ini adalah versi yang berkembang di daerah  Priangan  Timur (terutama meliputi daerah  Garut  dan  Tasikmalaya  dan juga  Cianjur  selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang  pedagang  (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara  Batavia ,  Bogor ,  Cianjur ,  Bandung ,  Sumedang  .......... Sejarah Tjimande Versi Kedua Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung  Badui .    Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di  Kerajaan Padjadjaran  dahulu kala........... Sejarah Tjimande Versi Ketiga Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan

Abah Madharis Ke Sukaagung (Bagian 2)

Pada tahun 1934, Abah Madharis pindah ke Wilayah lampung Selatan di Bedeng Kampung Sukaagung Kecamatan Kedondong dan sekarang menjadi Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus.  Pertama kali mengembangkan persilatan Tjimande beliau mengajar tujuh orang murid antar lain: Abah Khamdani,  berasal dari Sukaagung   Kabupaten Tanggamus Abah  Johan, b erasal dari Talang Padang Kabupaten Tanggamus Abah  Unel, b erasal dari Teluk Betung Bandar Lampung Abah  Jalal, b erasal dari Pringsewu Kabupaten Tanggamus Abah  Jamhari, b erasal dari Sukadana Lampung Timur Abah  Samanan, b erasal dari Suka Ratu Abah  Muni, b erasal dari Kepayang Kabupaten Tanggamus Setelah mengajar ke tujuh muridnya barulah menyusul beberapa murid lainnya dan beberapa murid dipercaya untuk mengajar silat, maka persilatan itu mulai dikembangkan di Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Madya Tanjung Karang Teluk Betung yang sekarang menjadi Kota (Bandar Lampung) sementara yang ditugaskan di Bandar Lampung untuk men

Sikap Politik Anggota Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH (Bagian 2

Sebagai organisasi yang taat kepada pemerintah, Pengurus Pusat Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH merasa perlu memberi petunjuk agar seluruh Anggotanya tetap menggunakan hak politik mereka secara benar dan bertangung jawab pada tahun politik 2024 nanti. Perlu dipahami bersama, sikap politik anggota Perguruan Pencak Silat Yayasan Kesti TTKKDH adalah bersifat personal-individual, tidak atas nama organisasi, dan tidak boleh memanfaatkan organisasi sebagai alat politik praktis, karena Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH telah kembali menjadi organisiasi sosial-kebudayaan, sosial-keagamaan yang akan konsisten mengurusi masalah kelestarian seni budaya Tjimande dan dakwah Islamiyah secara kultural. Pengurus Pusat   Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH mengimbau kepada seluruh Anggotanya agar tetap menggunakan hak politiknya secara benar dan bertanggung jawab dan di sesuaikan dengan cita-cita menegakkan akhlaqul karimah. Sikap di atas tidak lain