Abah Sukarno Madharis
Setelah meninggalnya Abah Madharis dalam kurun waktu kurang lebih 5 Tahun dari Tahun 1970 sampai dengan 1975 hampir tidak ada kegiatan Organisasi tersebut, walaupun di sana sini khususnya di pelosok daerah acara keceran dan rujakan berjalan terus.
Atas
gagasan serta prakarsa dari para sesepuh perguruan persilatan serta para
pewaris generasi penerus terpanggil untuk segera menghidupkan kembali
Organisasi Persilatan Tjimande tersebut. Maka pada tanggal 26 April 1974
bertempat dikediaman Abah Madharis (almarhum) diadakan acara Ulang Tahun atau
yang lazim disebut acara “KECERAN” yang dilaksanakan satu tahun sekali tepatnya
pada bulan Mulud. Pada acara tersebut Bapak Syarkani Lesos sebagai ketua Umum
Yayasan Kesti TTKDH serta utusan dari Jawa Barat dan Jakarta antara lain Bpk.
Surgana Jet, dan Bpk. Gozali serta kawan-kawan dari Mengger Kabupaten
Pandegelang juga para sesepuh, regu dan pelatih yang ada di daerah tersebut.
Setelah acara keceran selesai, maka dilanjutkan dengan acara musyawarah untuk memilih kembali Ketua Sejarah Yayasan Kesti TTKKDH Pusat dan secara aklamasi serta mufakat maka terpilihlah Bapak Sukarno Madharis (Almarhum) yang secara kebetulan beliau adalah putra pertama dari Abah Madharis (Almarhum) menggantikan Ketua Sejarah Yayasan Kesti TTKKDH.
Abah
Ahmad Sanwani Madharis
Setelah
Abah Sukarno Madharis meninggal dunia di tahun 1997, Kesejarahan Perguruan
Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH diteruskan kembali oleh Putra Abah Madharis
yang laki laki no dua yaitu Abah Ahmad Sanwani Madharis pada tahun antara
1997-2017. Abah Ahmad Sanwani Madharis juga tutup usia di tahun 2017.
Abah
Herwanto Ahmad Sanwani Madharis
Sering
orang bertanya-tanya, kenapa yang meneruskan sebagai Ketua Sejarah Perguruan
Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH ini bukan Abah Thoyib? Kok malah Abah
Herwanto Ahmad Sanwani Madharis?. Padahal Abah M. Thoyib itukan Anak Kandung
Abah Madharis, beliau lebih layak menjadi Ketua Sejarah, sementara Abah
Herwanto Ahmad Sanwani Madharis itu Cucunya Abah Madharis.
Begini
ceritanya supaya kita tidak gagal paham. Dahulu sebelum orang mendengar ada
istilah Kesti Lampung, semua anggota Perguruan Persilatan Tjimande berada di
bawah satu payung Yayasan Kesti TTKKDH. Tidak ada Kesti Lampung atau Kesti
TTKKDH Lampung. Namun sepeninggalnya Abah Sukarno Madharis di tahun 1997 dan
Penerus sejarah di lanjutkan oleh Abah Ahmad Sanwani Madharis, di tahun 2000
an, mulai terdengar kemunculan Kesti Lampung atau yang sekarang di kenal dengan
Kesti TTKKDH Lampung. Dan diketahui Ketua Sejarahnya adalah Abah Thoyib
Madharis dan diketuai oleh Bapak Risman hamid.
Terkait
dengan legalitas, ditemukan dua (dua) keterangan;
- Dalam salah satu surat di Kabupaten Mesuji pada Surat Tanda Lapor Keberadaan" organisasi Nomor: BL.03.03/456/V.06/MSJ/VIII/2021 disebutkan di dalamnya "Surat Keterangan Terdaftar di Kementerian Hukum dan Ham RI Nomor: AHU-714.AH.02.02. Tahun 2010 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan Kebudayaan Seni tari dan Silat Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (KESTI TTKKDH).
- Pada tahun 2021 yang lalu ditemukan juga dokumen “Perkumpulan” Kesti TTKKDH yang kebanyakan orang mengenalnya dengan Kesti Lampung. Perizinannya di buat pada tahun 2021, tepatnya Tanggal 19 Juli 2021 (Baca Buku Saku “Riwayat Sejarah Persilatan Tjimande di Lampung”).
Namun
ada yang janggal, sebelum diterbitkannya Akta Notaris dan SK Kemenkumham Kesti
TTKKDH Lampung, pada tanggal 5 Juli 2021 terjadi peristiwa pengunduran diri
Abah M. Thoyib Madharis selaku Ketua Sejarah Kesti TTKKDH mengundurkan diri
dari Posisi Ketua Sejarah Kesti TTKKDH Lampung. Artinya yang janggal adalah:
Tanggal 19 Juli 2021 Akta Notaris tapi tanggal 5 Juli 2021 Abah Thoyib
mengundurkan diri secara sah.
Bukan
hanya itu saja, meskipun tanpa Ketua Sejarah proses surat menyurat masih juga
dilanjutkan, terbukti Tanggal 18 Agustus 2021 SK Kemenkumham terbit.
Ini jelas menunjukkan bahwa Kesti TTKKDH Lampung tidak memiliki Ketua Sejarah
sebagai Punjer Sanad Keilmuan ilmu Tjimandenya. Dan ini sangat berbahaya bagi
generasi yang tidak tahu akan pentingnya Punjer Sanad Keilmuan Tjimande.
Keterangan di atas akhirnya meyakinkan kita semua bahwa Abah Thoyib sebenarnya memang tidak berniat untuk melanjutkan kesejarahan Abah Sukarno Madharis, Kesejarahan Abah Ahmad Sanwani Madharis dan Kesejarahan orang tunya sendiri yaitu Abah Madharis. Abah Thoyib malah membuat "jalan lain" dan sudah jelas tidak berada di "YAYASAN KESTI TTKKDH, dan ditengah jalan pada tanggal 5 Juli 2021, beliau telah secara resmi keluar dari Kesti TTKKDH Lampung.
Inilah
yang kemudian yang menjadi latar belakang mengapa yang meneruskan Penerus
Sejarah Perguruan Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH ini bukan Abah
Thoyib.
Mengapa
kita harus mengetahui hal ini dan mengapa kita harus tahu penerus Sejarah?
Karena hal ini untuk memastikan Punjer Sanad Keilmuan Tjimande yang ada di
Perguruan Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH ini terpelihara dengan baik
dan dapat dipertanggung-jawabkan dunia akhirat melalui Ketua Sejarah yang
konsisten. Aamiin....
Untuk
itulah, perlu dipahami oleh segenap anggota dan pengurus pada semua tingkatan
bahwa Perguruan Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH memiliki Ketua Pusat
Sejarah dan Beberapa anggota yang disebut Dewan Pusat Sejarah. Dewan Pusat
Sejarah ini disamping memiliki tanggung jawab sanad keilmuan juga
bertindak sebagai Badan Kesejarahan yang menjunjung tinggi sejarah
Persilatan Tjimande khususnya Sejarah Abah Madharis dan para pendiri
Yayasan Kesti TTKKDH dan guru-guru Tjimande lainnya.
Dewan
Pusat Sejarah ini yang memiliki otoritas tertinggi dan menjadi pengendali utama
Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH serta unsur pengurus di
semua level kepengurusan baik di Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan
Pimpinan Wilayah (DPW), Dewan Pimpinan Daerah (DPD), Dewan Pimpinan Cabang
(DPC), Dewan Pimpinan Ranting (PR) dan Rayon, Komisariat dan Padepokan yang
bernaung di bawah Perguruan Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH.
Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis dan Cita-Cita Persatuan Seluruh Anggota Yayasan Kesti TTKKDH
Sementara
itu disisi lain karena rasa keprihatinan yang mendalam dan tidak ingin
Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH hilang begitu saja, maka
hadirlah Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis (cucu Abah Madharis)
sebagai Penerus Ketua Sejarah Yayasan Kesti TTKKDH sepeninggalan Abah Ahmad
Sanwani Madharis.
Namun,
ditahun-tahun itu terjadi kekurang-harmonisan dimana-mana antara orang-orang
yang mengaku sebagai anggota Yayasan dan orang-orang yang mengaku anggota Kesti
Lampung. Kesti Lampung berdiri sendiri dengan kepengurusannya demikian pula
Yayasan Kesti TTKKDH juga berdiri sendiri dengan kepengurusannya.
Ditengah-tengah situasi seperti itu, ada yang mengatakan sama saja antara
Yayasan Kesti TTKKDH dan Kesti TTKKDH Lampung, padahal jelas-jelas keduanya
berbeda. Yayasan Kesti TTKKDH teguh pendirian dan tak bergeser sedikitpun dari
ketentuan yang telah digariskan pendahulunya yaitu Abah Madharis.
Maka
yang harus dipahami adalah bahwa sebenarnya kemunculan Abah Herwanto Ahmad
Sanwani Madharis sebagai Ketua Sejarah Yayasan Kesti TTKKDH lebih kepada ingin
bersatu dan kembali seperti pada zamannya Abah Madharis.
Beliau
mengajak kepada seluruh Anggota baik yang ada di Lampung dan di wilayah lainnya
yang sanad keilmuannya merujuk kepada Abah Madharis, untuk kembali ke Yayasan
Kesti TTKKDH. Beliau mengatakan Abah Madharis dulu mendirikan Perguruan
Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH, bukan yang lainnya.
Abah
Herwanto Ahmad Sanwani Madharis ingin mengajak kepada segenap Anggota untuk
kembali ke jalan yang telah digariskan oleh pendahulunya. Beliau sering
mengatakan jangan mau diadu-domba dan di pecah-belah dengan apapun alasannya.
Kepada
para pelatih/regu, pengurus dan anggota ingatlah kepada “Sumpah Ta’leqmu”.
Janganlah para pengurus membiarkan angkara murka dihati dan dadanya berkecamuk.
Janganlah para pengurus yang punya kedudukan mengorbankan perguruan untuk
ambisi pribadi. Janganlah para pengurus menjual perguruan untuk kepentingan
politik sesaat dan setelah jadi lupa dan mencampakkan perguruan dan baru ingat
lagi setelah mau pemilihan.
Abah
Herwanto Ahmad Sanwani Madharis sering mengingatkan agar seluruh
pengurus dan anggota tidak mudah dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan
politik sesaat dengan mengorbankan nama Perguruan. Dimana-mana beliau berpesan
jangan mudah berpecah belah, karena menurut beliau kalau anggota Tjimande
berpecah-belah maka TTKKDH akan lemah. Maka munculah slogan “Kembali Ke Sejarah
Agung Abah Madharis” dan rekan-rekan seperjuangannya, kembali ke dalam
satu barisan Perguruan Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH dan tidak
tercerai berai.