Langsung ke konten utama

Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis dan Cita-Cita Persatuan Anggota Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH


Karena didorong oleh rasa keprihatinan yang sangat mendalam dan tidak ingin Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH hilang begitu saja ditelan berbagai kemelut selama ini, maka hadirlah ditengah-tengah kita 
Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis (cucu Abah Madharis) sebagai Penerus Ketua Sejarah Yayasan Kesti TTKKDH sepeninggalan Abah Ahmad Sanwani Madharis.

Namun, ditahun-tahun itu terjadi kekurang-harmonisan dimana-mana antara orang-orang (anggota) yang mengaku Yayasan dan orang-orang yang mengaku anggota Kesti TTKKDH Lampung. Kesti Lampung berdiri sendiri dengan kepengurusannya demikian pula Yayasan Kesti TTKKDH juga berdiri sendiri dengan kepengurusannya. Ditengah-tengah situasi seperti itu, ada yang mengatakan sama saja antara Yayasan Kesti TTKKDH dan Kesti TTKKDH Lampung, padahal jelas-jelas keduanya berbeda. Yayasan Kesti TTKKDH teguh pendirian dan tak bergeser sedikitpun dari ketentuan sanad keilmuan ilmu Tjimandenya yang telah digariskan pendahulunya yaitu Abah Madharis. 

Maka yang harus dipahami adalah bahwa sebenarnya kemunculan Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis sebagai Ketua Sejarah Yayasan Kesti TTKKDH lebih kepada ingin bersatu dan kembali seperti pada zamannya Abah Madharis.

Beliau mengajak kepada seluruh Anggota baik yang ada di Lampung dan di wilayah lainnya diseluruh Indonesia yang sanad keilmuannya merujuk kepada Abah Madharis, untuk kembali ke Yayasan Kesti TTKKDH. Beliau mengatakan Abah Madharis dulu mendirikan Perguruan Persilatan Tjimande yaitu Yayasan Kesti TTKKDH, bukan yang lainnya, dan bentuk penghormatan kita sebagai generasi saat ini adalah menjunjung tinggi, menghormati, teguh pendirian dan istiqomah dalam satu barisan di Yayasan Kesti TTKKDH. 

Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis ingin mengajak kepada segenap Anggota untuk kembali ke jalan yang telah digariskan oleh pendahulunya. Beliau sering mengatakan jangan mau diadu-domba dan di pecah-belah dengan apapun alasannya.

Kepada para pelatih/regu, pengurus dan anggota ingatlah kepada “Sumpah Ta’leqmu”. Janganlah para pengurus membiarkan angkara murka dihati dan dadanya berkecamuk. Janganlah para pengurus yang punya kedudukan mengorbankan perguruan untuk ambisi pribadi. Janganlah para pengurus menjual perguruan untuk kepentingan politik sesaat dan setelah jadi lupa dan mencampakkan perguruan dan baru ingat lagi setelah mau pemilihan.

Abah Herwanto Ahmad Sanwani Madharis sering mengingatkan  agar seluruh pengurus dan anggota tidak mudah dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan politik sesaat dengan mengorbankan nama Perguruan. Dimana-mana beliau berpesan jangan mudah berpecah belah, karena menurut beliau kalau anggota Tjimande berpecah-belah maka TTKKDH akan lemah. Maka munculah slogan “Kembali Ke Sejarah Agung Abah Madharis” dan rekan-rekan seperjuangannya, kembali ke dalam satu barisan Perguruan Persilatan Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH dan tidak tercerai berai. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah

Sejarah Tjimande Versi Pertama Ini adalah versi yang berkembang di daerah  Priangan  Timur (terutama meliputi daerah  Garut  dan  Tasikmalaya  dan juga  Cianjur  selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang  pedagang  (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara  Batavia ,  Bogor ,  Cianjur ,  Bandung ,  Sumedang  .......... Sejarah Tjimande Versi Kedua Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung  Badui .    Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di  Kerajaan Padjadjaran  dahulu kala........... Sejarah Tjimande Versi Ketiga Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan

Abah Madharis Ke Sukaagung (Bagian 2)

Pada tahun 1934, Abah Madharis pindah ke Wilayah lampung Selatan di Bedeng Kampung Sukaagung Kecamatan Kedondong dan sekarang menjadi Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus.  Pertama kali mengembangkan persilatan Tjimande beliau mengajar tujuh orang murid antar lain: Abah Khamdani,  berasal dari Sukaagung   Kabupaten Tanggamus Abah  Johan, b erasal dari Talang Padang Kabupaten Tanggamus Abah  Unel, b erasal dari Teluk Betung Bandar Lampung Abah  Jalal, b erasal dari Pringsewu Kabupaten Tanggamus Abah  Jamhari, b erasal dari Sukadana Lampung Timur Abah  Samanan, b erasal dari Suka Ratu Abah  Muni, b erasal dari Kepayang Kabupaten Tanggamus Setelah mengajar ke tujuh muridnya barulah menyusul beberapa murid lainnya dan beberapa murid dipercaya untuk mengajar silat, maka persilatan itu mulai dikembangkan di Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Madya Tanjung Karang Teluk Betung yang sekarang menjadi Kota (Bandar Lampung) sementara yang ditugaskan di Bandar Lampung untuk men

Sikap Politik Anggota Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH (Bagian 2

Sebagai organisasi yang taat kepada pemerintah, Pengurus Pusat Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH merasa perlu memberi petunjuk agar seluruh Anggotanya tetap menggunakan hak politik mereka secara benar dan bertangung jawab pada tahun politik 2024 nanti. Perlu dipahami bersama, sikap politik anggota Perguruan Pencak Silat Yayasan Kesti TTKKDH adalah bersifat personal-individual, tidak atas nama organisasi, dan tidak boleh memanfaatkan organisasi sebagai alat politik praktis, karena Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH telah kembali menjadi organisiasi sosial-kebudayaan, sosial-keagamaan yang akan konsisten mengurusi masalah kelestarian seni budaya Tjimande dan dakwah Islamiyah secara kultural. Pengurus Pusat   Perguruan Pencak Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH mengimbau kepada seluruh Anggotanya agar tetap menggunakan hak politiknya secara benar dan bertanggung jawab dan di sesuaikan dengan cita-cita menegakkan akhlaqul karimah. Sikap di atas tidak lain