Salah satu muamalah yang wajib diketahui oleh anggota Perguruan Silat Tjimande Yayasan Kesti TTKKDH adalah kewajiban bermuamalah dengan pemerintah atau penguasa Republik Indonesia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ ,
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكَ عَبْدٌ
“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa
kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah
kalian seorang hamba sahaya (budak)”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
Allah SWT juga berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا
اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ
تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ
كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ
وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 59)
Dalam ayat ini Allah SWT meletakkan taat kepada Pemerintah Republik Indonesia pada tataran
atau konteks kebaikan dan keimanan. Sebagaimana wajibnya kita sebagai orang
yang beriman untuk selalu taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena pemimpin/pemerintah yang baik pastilah
pemimpin yang dalam soal pemerintahan mengarah kepada kebaikan dan kemaslahatan
bagi rakyatnya. Oleh karenanya wajib
hukumnya Anggota Tjimande untuk taat kepada pemimpin atau pemerintahan yang
seperti itu.
Namun sebaliknya, jika seorang pemimpin memerintahkan untuk
berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at.
Artinya, anggota Tjimande wajib mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun mereka
bermaksiat dan zholim sekalipun selagi pemerintah tidak menyuruh kita sebagai
anggota Tjimande untuk berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah jalan
yang sangat bijaksana.
Rasulullah SAW memberikan tuntunan:
« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ
بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ
قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ
وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».
“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak
mendapat petunjukku dan tidak pula melaksanakan sunnahku. Nanti akan ada di
tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya
adalah jasad manusia. “ Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku
lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?” Beliau bersabda, ”Dengarlah dan
ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil
hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.” (HR. Muslim no. 1847)
Rasulullah SAW juga bersabda:
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ
فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada kewajiban ta’at dalam rangka bermaksiat (kepada
Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR.
Bukhari no. 7257)
Rasulullah SAW bersabda:
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ
وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ
سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara
yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila
diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.”
(HR. Bukhari no. 7144)
Artinya, jika anggota Tjimande menemukan pemerintah yang
tidak baik atau Pemimpin yang Zholim yang menyalahi perkara rakyatnya, maka bersabarlah
dan tetaplah teguh pada jalan kebenaran dan harus tetap berbuat baik dan mendoakan agar
pemimpin tersebut diberikan hidayah oleh Allah SWT. Dan jika memungkinkan bisa memberi peringatan
atau mengingatkannya, maka berilah peringatan dengan jalan yang baik dan
bijaksana.